Bosan dengan aktifitas rutin? Butuh refreshing? Nah, itulah yang saya rasakan bersama dengan teman-teman saya ditengah sibuknya aktifitas kerja. Yup, sesekali kita memang perlu me-refresh diri, baik fisik dan mental agar hidup jadi lebih berwarna dan bergairah hehe. Dengan alasan ini, terlintaslah sebuah pikiran dan dorongan untuk refreshing di akhir pekan. Ide saya ini ternyata disambut baik oleh teman saya, hingga kami sepakat untuk berlibur ke suatu tempat. Awalnya sempat berdiskusi cukup lama, karena pada intinya masing-masing individu ingin pergi ke tempat yang memang belum pernah dikunjungi, dan tempatnya kaya akan keindahan dari Sang Pencipta. Setelah cari-cari info, akhirnya ketemu juga tempat yang menarik di Malang, kebetulan ada teman yang tinggal di sana jadi lebih hemat dari segi akomodasinya. Yang ingin kita tuju sebenarnya bukan kota Malang, tetapi lebih menjorok ke daerah selatan lagi, yaitu Pulau Sempu yang konon memiliki keindahan alam yang memukau. Nah, berikut ini cerita tentang perjalanan kami untuk mengungkap keindahan yang ada di dalam Pulau Sempu, Malang. JEBRETTTT...
"Mau mendaki mas? | gak kok, cuma mau masuk ke gedong songo secara GRATIS" tanya sepasang pendaki yang turun gunung dengan bergandengan tangan. Kaki, sandal dan pantat mereka coklat bergelumut tanah. Mereka lama mengamati saya, sepertinya celana kolor dengan selang air hydropack dikenyot di mulut terlihat begitu aneh dan kontras dengan para pendaki lainya yang turun beriringan menggendong carrier segede kulkas dan berpakaian serba rapat.
Trail run, EDAAAAN! saya sebut ini adalah trail run paling terburu-buru, kenapa? sudah kurang tidur, bangun kesiangan, tidak sarapan, ditinggal rombongan dan perut konslet sejak 2 hari yang lalu, tapi harus tetap dilakoni. Teriakan dan patukan ayam Jago dari layar alarm handphone juga tidak mempan membangunkan saya. SMS dari Dhave "06:13 posisi?" baru saya baca 15 menit kemudian. ASTAGAAAAA langsung mandi, persiapan seadanya dan tancap gas. Saya tidak berniat kebut kebutan, tapi jalan Gunungpati - Jimbaran yang jaraknya hampir 30km saya libas dalam waktu kurang dari 30 menit.
"Lari malam hari di kota itu bikin penyakit!" komentar saya ketika diundang lari bersama Semarang Runners. Menurut saya sendiri waktu ideal berlari adalah pagi hari sebelum jam 9 atau sore hari sekitar jam 4 sore, ditempat yang udaranya segar dan minim polusi. Terlebih lagi, rumah saya yang berada di ujung Semarang sangat jauh dari rute lari, hampir 20 kilometer dengan kondisi dan suhu udara yang berkebalikan. Tapi kenapa tidak dicoba dulu?
Jalan Ke Gunung Andong |
Apa tujuanmu naik gunung? Tujuan kita mungkin sama, yaitu ingin mendaki dan menapaki Puncak Gunung Andong, lalu turun dengan lutut sedikit bergoyang dan kulit yang menghitam. tapi yang didapat selama perjalanan ke gunung Andong pastinya akan berbeda di setiap tetes keringat yang mengkristal dan kepala yang mulai pusing terpapar sinar matahari.
Kali ini ada yang berbeda, Hari minggu, tanggal 1 agustus saya jalan-jalan “lagi” bersama Dhave dan Yafeth. Yang membuat berbeda adalah “ada wanita diantara kita” namanya Kiky. Sepertinya dia terjangkit viru playon di gunung.. Keinginannya naik gunung akhirnya terkabul setelah menempa fisik, dengan joging 4-10 kilometer tiap pagi di lingkungan kampus UKSW Salatiga.
Gunung Andong pagi ini cuaca cerah berawan. 2 puncak berbentuk punukan nampak jelas mengawasi tiap langkah kami dari Dusun Ngamblak menuju Dusun sawit yang berjarak 4km. Ketinggiannya hanya 1780mdpl, tapi kemiringan dan curamnya jurang mampu menggoyahkan sendi lutut, membuat jantung dan paru paru bekerja ekstra keras bagi yang tidak terbiasa.
Yafeth si manis dari Papua lepas kendali, Rencana awal yang hanya jalan santai karena ada wanita diantara kami, akhirnya bubrah karena terhanyut kebiasan tik tok saat mendaki gunung. Yafeth sampai di puncak dalam waktu 45 menit saja, lebih cepat 5 menit dari saya. Kiki dan Kres terseok di belakang, sedangkan Dhave di belakang, sengaja melambatkan langkah menjadi juru kunci, “Katanya” ingin lebih mengeksplore gunung andong.
"Heyyy... yang bernama Tony Matheo Takaeb, sepertinya kamu harus dikasi pelajaran soal navigasi di gunung!!!"
mungkin ada benarnya juga yang bilang "naik itu susah, giliran turunnya lebih susah". Apalagi posisinya sedang sakau pesona puncak Kenteng Songo Gunung Merbabu, tetapi secepatnya harus menuruni gunung yang butuh dengkul ekstra, ditambah tanpa cadangan air dan perut keroncongan.
Akhirnya kulit jari kaki kanan dan kiri jebol setelah menuruni Kenteng Songo. Jalur menurun sejauh 1 kilometer yang berbatu, bepasir dan berdebu memberikan tekanan yang berlebih pada lutut dan kaki. Kulit kaki terluar yang tanpa pelindung, tidak kuat lagi menahan gesekan plastik keras dari sandal gunung. setiap langkah kaki adalah sebuah siksaan. Plester pun tidak banyak membantu, mau telanjang kaki juga bakal tambah parah. Mau nekat?
"WOOY TONIII... PAHA KIRIKU KERAM!!! saya teriak dalam hati saja, malu dong sudah banyak orang di puncak Kenteng Songo Gunung Merbabu. Saya cuma melambai dari puncak seberang sambil menunjuk paha kiri yang harus diseret setelah otot tertarik di tanjakan terakhir.
Dhave bilang jalur Wekas adalah jalur terpendek, jaraknya hanya 5.76 kilometer, tapi tetap saja bakal terasa berat karena perjalanan secara tik-tok tanpa mendirikan tenda atau berlama lama di puncak, ditambah lagi selama puasa dan libur lebaran lutut saya sama sekali belum dilatih joging atau basket. Tetapi Jalur ini cukup nyaman kok daripada jalur Cuntel, Thekelan atau Selo, terutama bagi pendaki yang baru pertama kali ke merbabu. Kenapa? karena persediaan air melimpah, pohon pinus dan cemara yang menjulang tinggi sangat memanjakan mata. Pepohonan yang rimbun meneduhkan langkah kaki dan detak jangtung yang mulai berdegub kencang.
Sisi Utara Benteng Willem 1 |
"bangunan kuno dekat jalan lingkar ambarawa itu apaan?", Berawal dari rasa penasaran kesumat dari teman saya @intan_sera, akhirnya saya tau kalau bangunan kuno tersebut adalah Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Ambarawa. Benteng yang berdekatan dengan RSUD Ambarawa ini memang nampak terbengkalai dan menyeramkan. para narapidana pasti berkidig ketika mendengar nama lapas ini. Konon banyak perlakuan yang mengerikan diterima tawanan di penjara ini.
Port Willem 1, Pribumi Ambarawa lebih mengenalnya dengan sebutan Benteng Pendem. Hanya Secuil sejarah yang saya ketahui tentang benteng jaman belanda yang selesai dibangun tahun 1845. Saya rasa benteng ini masih ada hubungan dengan Port Willem 2 yang berada di Ungaran dan Barak Bantir di Sumowono ketika itu.
Dinding blok tengah sisi utara |
Selamat pagi... selamat puasa teman temin... kawan.. kawww.... ah.. sudahlah...
Jadi hari ini adalah hari kedua puasa Ramadhan setelah drama sidang isbat di senayan, dan menjadi hari kedua puasa ngetwit. Iya, aku puasa ngetwit gegara nyamber twitnya Eka terus ditantangin kuat kuatan menahan syahwat jemari dan nafsu pikiran dari candu twitter.
Kuat gak? sepertinya kuat, tapi gemes juga kalau ada yang mention dan godain di timeline. Semalam itu, jari jari sempat gatel pengen reply atau me-RT yang lagi panas panasan di timeline soal PNS, ahihi... cukup memantau saja lah daripada kalah tantangan.
Khilaf, jadi tadi pagi aku sempat khilaf, cross posting upload foto dari instagram. Namanya juga gak sengaja tho?, jadi boleh dilanjutkan. Dulu waktu masih kelas 3 SD aku pernah khilaf puasa di hari kedua. Tradisi di kampungku itu, kalau habis subuhan pasti jalan jalan berjamaah keliling kampung nenteng obor minyak tanah (waktu minyak tanah masih 500/liter), tapi waktu pulang rumah lepas sarung malah nyomot pisang buat cemilan.
Ceritanya aku merasa bersalah dan berdosa gitu, dengan wajah innocent aku tanya ke Ibu
"mak, aku gak sengaja makan pisang, puasanya batal gak?".
"kalau lupa gak batal le, itu namanya pemberian dari Allah"
"kalau makannya dilanjutin boleh gak mak?"
"kalau sudah ingat, ya gak boleh dimakan lagi!, kalau dilanjutin ya batal tho le!"
"pisange aku makan habis mak, nambah mimik juga hehe..."
"@$#^^&%#%@^"
*langsung lari ke jalanan cincing sarung nyawut obor*
Selamat puasa Ramadhan kawan... kaww... ah.. sudahlah...
Dhanang Puspita (dhave), saya mulai kenal dia sejak tersangkut dalam pembuatan buku "Relawan Merapi", buku tentang kisah para relawan saat erupsi gunung merapi. Dhave adalah penyumbang judul paling banyak dengan ide tulisan yang menurut saya paling unik dan berkesan paling dalam. Kemudian berlanjut saling koment di dinding facebook, menjadi silent reader blog multiplynya dan bertatap muka saat libur lebaran, saat itu dia cuma pakai kolor biru dan kaos lusuh habis nyangkul kebun di samping rumahnya.
Karena lapak multiply sudah almarhum, kini blog dengan artikel 500 lebih ini pindah rumah ke dhave.net. Isinya tidak jauh dari ilmu biologi, kegiatan pecinta alam, fotografi melengkung dengan andalan lensa mata ikan.. Bhahaha... Pria kurus berumur 30 tahun dari Kota Salatiga ini sudah seperti andrea hirata yang menulis di national geographic saja.
"kalau diam di rumah, saya malah stress mas" Ada ada saja ulahnya, selain produktif menulis di berbagai media, menekan tombol rana kamera canon dan playon di gunung, dia juga dosen S2 Biologi di Universitas Kristen Satya Wacana. Belum cukup? setiap weekend ada-ada saja acaranya, kadang juga harus konser di acara outbond, bergelayutan di pohon dan bebatuan seperti monyet, atau ujug ujug sudah update status dengan foto di pucuk gunung merbabu.
"mas, track lari di ungaran yang paling enak di mana ya selain di lapangan asmara?" tanya mbak salon yang sekarang rajin lari setelah saya pameri foto foto lari di ungaran. Pertanyaan yang gampang gampang susah, pertanyaanya seperti "tahu bakso yang enak selain bu pudji?"
Lalu saya balik tanya "nah biasanya lari di mana?" "di lapangan asmara mas, yang banyak temennya" nah susah tuh, karena lapangan lari di ungaran yang cocok buat dia sangat jarang. Sebenarnya track lari bisa di mana saja, tergantung jarak jangkau dan medan yang ingin dilalui, aspal, krikil, kebon, datar, menurun atau menanjak, Tapi paling mudah dan ramai pelari memang di tengah kota seperti di bundaran alun alun mini asmara.
Tapi kadang kita bosan, pengen yang lebih segar dan menantang, nah ini ada track yang tidak jauh dari lapangan asmara, cuma 6 kilometer saja. Dari lapangan asmara kita lurus ke arah timur melewati aspal gerbang tol Ungaran sejauh 2 kilometer. Dilanjutkan aspal menanjak sejauh 3kilo ke desa Kalongan. Sebelum Kecamatan ungaran timur, belok kiri masuk melewati jalan setapak, ladang dan bukit sejauh 400 meteran. Berikut video pemandangannya dan rute yang dilalui.
Minggu kemarin saya sedang absen lari di gunung dan basket, saya lagi ada hajat ke Karanggede. Ada apa di sana? saya berkunjung ke sebuah situ/waduk bernama Waduk Bade, Klego Boyolali yang konon kabaranya adalah tempat nongkrong anak anak muda Karanggede.
Pagi pukul 07:00 saya sampai di TKP, matahari muncul dari sisi timur tepat di atas permukaan air waduk. Pagi itu udaranya masih sejuk sesejuk hatiku karena ditemani kekasih, belum banyak polusi, kalaupun ada polusi juga bakal hilang tersamarkan harum parfumnya, #eaaaa sudah sudah!. Ketika senja tiba, matahari pun tenggelam di sisi barat dengan sempurna, cocok bagi pasangan yang suka dengan temaram matahari yang pulang ke paraduan.
3 minggu ini saya lewati tanpa ngesot di aspal atau bikin jejak kaki di rute trail, sol sepatu basket pun jadi lebih awet karena sepatu nganggur 4 minggu di rak. Selain karena agenda jalan jalan, event komunitas Loenpia di semarang, undangan nikahan pun membludak, nah itulah alasan mengapa saya tidak sempat lari pagi (alibi).
Nah pas ada waktu buat lari (hari minggu/libur) pasti ada ada saja halangannya, cuaca ngajak ribut lah, langit semarang mendadak mendung lah, hujan rontok dari langit lah, dan kadang matahari cuma bisa bersembunyi di balik tirai kapuk abu-abu. Berhubung persendian dan otot kaki sudah gatel, ya saya tetap berangkat lari walau gerimis, aspal becek dan udara dingin menghalangi, saya tetap lari.
Memangnya ada apa dengan Kotalama Semarang? "ada cinta #eaaa"
Sebuah pertanyaan dari teman saya yang ikut serta dalam acara Loenpia dot Net Komunitas Blogger Semarang dengan tema "Keep Semarang Heritage". Sebuah acara melestarikan dan memberikan pengetahuan tentang sejarah kota lama pada 9 Juni hari minggu kemarin.
ADA YANG TIDAK TAU?
Masih banyak yang belum tau tentang kota lama, yang mereka tahu hanya gereja blenduk dan bangunan arsitektur gaya belanda yang eksotis bila dijadikan foto pre wedding. Maka dari itu Pak Sukawi, ST, MT Dosen Arsitektur UNDIP memberikan pengetahuan tentang kondisi Semarang jaman dahulu, sekarang, dan prediksi 25 tahun ke depan, pokoknya banyak foto berhamburan yang membuat kita bertanya tanya.
Acara dilanjut dengan tour berkeliling kota lama, mulai dari gereja blenduk, taman garuda, dan polder tawang sebagai check point. Acara semakin meriah dengan bumbu lomba Foto mobile, treasure hunt, dan lomba tweet dengan materi tentang kota lama, kemudian dishare ke twitter, facebook dan sosial media yang lain.
KARTINI RUNNING DAY! |
Menurut @hyudee, seorang fotografer asal temanggung yang jenggotnya mirip vokalis andra and the backbone ini suka memotret model model cantik, dengan kamera andalan yang kekurangan cermin (mirror less) mengatakan:
"streetphotography adalah mendokumentasikan kejadian2 di jalanan tanpa ada rekayasa dan apa adanya" singkatnya dari percakapan di twitter.
Red between two lovers |
Dhave Dhanang, seorang dosen, fotografer biologi, spesialis landscape, dengan keunikan foto melengkung :
luas sekali... yg pasti saat saya berjalan dan motret obyek di tempat yg saya lewati itu termasuk streetphotograph... biasanya obyeknya apa yg ada disepanjang jalan.. rel..tol..gang..moll..pasar...dll. intinya anda berjalan smbil motret.
SLAMET SEDJATI, emang bikin bangga! |
Bocoran dari wikipedia :
is a genre of photography that features subjects in candid situations within public places and does not necessitate the presence of a street or even the urban environment.
Nah kalau menurut saya sendiri, spesies manusia yang gemar basket dan kadang jadi pelari kambuhan :
Street Photography saya artikan seni fotografi tentang apa saja kita temui di jalan atau dalam perjalanan.
Untuk pertama kalinya saya lari berjamaah, ramai ramai berlari bersama komunitas pecinta lari, namanya @indorunners. Tidak ada keterangan detail tentang komunitas ini, yang saya tau Indorunners adalah komunitas pecinta lari di semarang dan mempunyai anggota di setiap kota.
Saya mulai bergabung pertengahan bulan maret di group facebook, setelah direkomenasi oleh juragan genjer salatiga untuk bergabung daripada galau bersolo karir, lari keliling kampung sendirian seperti orang stress.
IRsemarang (singkatnya) mempunyai agenda rutin berlari setiap hari rabu malam. Mengitari pusat kota dengan start di pandanaran, namun saya rasa kok jauh sekali dari tempat tidur saya ya?, dan waktunya pun malam pula bhahaha #alesan. Khaleed dan Imam Santosa adalah dua anggota yang aktif mondar mandir di timeline dan menjadi motor di indorunners semarang.
Selasa 2 Mei 2013 menjadi malam bersejarah bagi para blogger seantero semarang, Indonesia dan bisa jadi sedunia karena baru kali ini ada kompetisi, sebuah liga khusus untuk para blogger layaknya perhelatan kompetisi sepakbola. Semarang Blogger Festival yang digagas oleh DotSemarang ini adalah malam apresiasi bagi para blogger yang sudah berkompetisi dengan konsisten melukis keindahan Indonesia di dunia maya melalui media blog.
"3 idiots" mengisahkan 2 orang jenius yang mencari jejak 1 orang super jenius yang sudah lama terpisah. sepertinya film ini sudah diputar berulang kali di televisi nasional. Saya bisa dibilang "telat" menonton film ini andai saja tidak dikasi DVD sama mantan, terus diajak nonton bareng berdua di akhir pekan #eh.
Apa hubungannya dengan saya?
Jadi dulu saat masih SMP, saya diberi julukan "mafia matematika" karena mendapat rekor tertinggi di kelas selama 2 tahun, di kelas 1 dan kelas 2. Saya mudah mempelajari matematika karena suka dengan metode mengajarnya. Materi yang paling saya kuasai adalah phytagoras, tapi ya itu cuma matematika saja, pelajaran yang lainnya biasa saja.
Saya juga suka fisika, menghitung kecepatan, mengubah satuan dan ukuran komponen listrik. Sampai puncaknya adalah ketika kelas 3. Kegemaran saya mengutak-atik rumus dan soal konversi runtuh karena diajarkan oleh guru yang killer, tempramen, ucapannya pedas dan berkumis tipis. Sumpah saya jadi malas belajar fisika lagi.
Kabar gembira, paling tidak buat saya sendiri karena sepatu basket dan sepatu running saya bakal tidak nganggur dan menjamur di rak. Lutut saya sudah berangsur pulih setelah hampir 4 bulan recovery dari cidera. Tempurung lutut sudah tidak nyeri ketika diajak melompat dan berlari, ya ya ya... tidak boleh diforsir, lari lari ringan saja dulu, 3 kilometer cukup untuk pemanasan dan dilanjut bakset di sini, di lapangan Basket FMIPA UNNES yang hijau.
HAE... saya bernostalgia "lagi" dengan lumut, batu dan gemercik air jatuh paling indah di lereng gunung Ungaran. Kali ini saya memandu legiun asing, 4 orang master Biologi dari Salatiga menjelajah Curug Lawe dan Benowo. Melakukan perjalan dengan manusia manusia ini sangat unik, paling tidak saya sedikit tau tentang nama latin atau ilmiah bermacam pepohonan, paraserianthes falcataria ( sengon) dan tectona grandis (jati).
Setibanya di Pos jaga sekaligus rumah kabag (mandor) perkebunan PT. Cengkeh Zanzibar, yang kami cari hanya mencari 1 hal, yaitu indomie. Ya... betul indomie rebus pakai telur ceplok kebul-kebul. Sepertinya energi dari segelas milo dan 2 potong roti pisang keju dari rumah sudah terkuras di 9 kilometer perjalanan Gunungpati - Brangjang - Dolo - Kalisidi (jalan kaki).
Untuk masuk wisata cukup membayar karcis 4 ribu per pantat. Pukul 9:50 kami lanjutkan perjalanan, masuk dalam rimbunnya kebun cengkeh sekitar 70 meter, kemudian belok kiri turun menyusuri parit, sudah ada papan penunjuk arahnya kok.
Walaupun sudah tidak ada jalan yang rusak karena longsor, namun harus tetap ekstra hati hati, karena kombinasi lumut dan air di sepanjang parit dapat membuat anda tergelincir. Pastinya anda tidak ingin terjun bebas bukan? karena sisi kiri adalah sungai dengan jeramnya yang deras dan berbatu, kedalaman sekitar 30 meter. Terkadang juga ada ranting bergigi piranha dari tanaman yang menjulur mirip pohon aren, siap mencantol apapun, termasuk telunjuk saya yang usil megang megang.
Setibanya di Pos jaga sekaligus rumah kabag (mandor) perkebunan PT. Cengkeh Zanzibar, yang kami cari hanya mencari 1 hal, yaitu indomie. Ya... betul indomie rebus pakai telur ceplok kebul-kebul. Sepertinya energi dari segelas milo dan 2 potong roti pisang keju dari rumah sudah terkuras di 9 kilometer perjalanan Gunungpati - Brangjang - Dolo - Kalisidi (jalan kaki).
Untuk masuk wisata cukup membayar karcis 4 ribu per pantat. Pukul 9:50 kami lanjutkan perjalanan, masuk dalam rimbunnya kebun cengkeh sekitar 70 meter, kemudian belok kiri turun menyusuri parit, sudah ada papan penunjuk arahnya kok.
Walaupun sudah tidak ada jalan yang rusak karena longsor, namun harus tetap ekstra hati hati, karena kombinasi lumut dan air di sepanjang parit dapat membuat anda tergelincir. Pastinya anda tidak ingin terjun bebas bukan? karena sisi kiri adalah sungai dengan jeramnya yang deras dan berbatu, kedalaman sekitar 30 meter. Terkadang juga ada ranting bergigi piranha dari tanaman yang menjulur mirip pohon aren, siap mencantol apapun, termasuk telunjuk saya yang usil megang megang.
"You Don't have to RUN fast, You just have to RUN"
"Lhoh sore gini kok lari lari mas?" pertanyaan yang sama persis dilontarkan 2 tetangga saya yang kongkow di depan rumah, "monggo pak bu, cari keringat" balas saya sambil berlari menjauh.
Tetangga saya mungkin sudah bosan melihat pria bercelana pendek berlarian di depan rumahnya sekitar pukul 4.30 sore sampai menjelang magrib, kemudian setiap sabtu pagi mengukur jalan di daerah gunungpati dengan menenteng botol minum 200ml dan handphone layar 4 inchi di tangan kiri.
"Mas Jiban I love Youuuu, Mas Slammm Aku padamuuuuu" riuh tepuk tangan, sorak dan teriakan membahana bak konser Boyband menyambut kedatangan kami di ruang Multimedia (true story). Nampaknya masing-masing sudah punya fans tersendiri di #BLOGoes2School SMAN 1 Jepara, hmmmm atau hanya perasaan saya saja ya?.
2/2/2013 Loenpia.net diundang (lagi) untuk mengisi pelatihan Blog di SMANSARA yang kali ini bertajuk "Seize The World With Our Writing". Bannernya pun lucu BACEMAN LOENPIA (Belajar Cerdas Menulis Dengan Loenpia). Tujuannya adalah mengajak siswa siswi smansara untuk lebih kreatif, positif dan tentunya bermanfaat, yaitu melalui media blog.
"Ada yang beda", okay apanya yang berbeda? kalau dulu team loenpia yang mengisi pelatihan adalah jeruk batangan semua, sekarang berasa lebih manis karena dibumbui 2 Apel cantik, yaitu @mbandah dan @sovialida. Kalau dulu yg mejadi koordinator sekolah adalah bapak Alvinnoor dan bu Ninok, sekarang yang menjadi penanggung jawab adalah OSIS, namun yang paling menonjol dan bocor kuadrat adalah panitia yang namanya @DjReinza.
Cerah ceria dan seyum 9 srikandi , berhasil mendapatkan Syal Jaga bhumi |
"9 srikandi SMAN 1 Salatiga meraba lorong Goa Jepang dalam gelap, lembab, dan dingin. Merayap menyatu dengan bumi bagaikan ular, pagi itu di tanah gempal makam Peromasan Gunung Ungaran menjelang fajar. Demi selembar syal berwarna abu-abu bertulisan Pamitran Lelana Giri Jaga Bhumi"
DIKSAR angkatan XXII Pamitran Lelana Giri Jaga Bhumi SMAN 1 Salatiga mengawali perkenalan saya dengan alam. Kami bertukar pandang pertama kali di Pos Mawar dalam guyuran hujan yang berselimut kabut di dalam barak. Malam itu kami belum berkenalan, hanya senyum sapa dan berbagi kehangatan dalam sepetak papan, tentunya di dalam sleeping bag masing masing.
DIKSAR ke XXII diikuti oleh 9 peserta yang dikomando oleh belasan panitia angkatan XXI dengan hiruk pikuk tugas dan kewajiban masing-masing yang tidak ringan. Tidak kalah hebat adalah para senior yang jauh-jauh menyempatkan diri untuk hadir dan memberi support baik materi dan spiritual kepada generasi mudanya.
"edyannn, 9 orang dan semuanya cewek" Jadwal begitu padat, mulai dari Berlatih navigasi di puncak gunung botak walau ada beberapa yang belum paham arah timur entah dimana, mendirikan tenda di kebun teh hingga matahari terlelap dan menjaga supaya kompor parafin tidak membakar tenda, belajar bertahan di alam dengan apapun termasuk melibas jangkrik bernyawa supaya perut tenteram, dan banyak lagi acara yang tidak bisa saya jelaskan satu per satu.
"Alon alon mas, ojo kesusu" sudah tiga minggu saya libur olahraga berat seperti basket, lari, marathon, lari di gunung dan semua yang membebani lutut, termasuk lari dari kenyataan dan kejaran calon mertua.
Kaki ini sudah gatal ingin olahraga, mengingat dengkul masi bobrok, saya pilih olahraga yang tidak terlalu membebani kaki dan persendian lutut sekaligus bisa terapi yaitu "renang" bahasa jawanya "jeguran". Renang bukan sekedar menyehatkan badan, bisa juga untuk terapi terutama persendian, untuk hiburan supaya tidak stress dan tentunya memanen "vitamin A" sebanyak-banyaknya #ifyouknowwhatImean.
Kenapa saya pilih renang?
Hukum Archimedes
Salah satu hukum hidrostatika yang mengatakan bahwa: “Setiap benda yang berada dalam satu fluida maka benda itu akan mengalami gaya ke atas, yang disebut gaya apung, sebesar berat air yang dipindahkannya”. Bahasa sederhanya "kaki dan persendian lutut saya tidak terlalu terbebani oleh berat badan, karena berat badan berkurang 90% didalam air"
"Siapa suruh lari sendirian?"
Kaki ini memang keranjiangan, dengkul baru 4 minggu proses penyembuhan sudah gatel ngajak lari di alam bebas. Target kali ini di Bukit Siwakul Ungaran, letaknya di belakang SMP3 Ungaran, dengan koordinat di google map -7.11580161,110,40637514. Saya sudah lama penasaran, sebenarnya ada apa di pucuk bukit itu, karena tiap saya berangkat kerja dan melewati jembatan kali garang, mata saya tertuju digundukan tanah dan pohon lebat penuh misteri itu.
Bukit Siwakul Ungaran |
Langkah ini semakin berat, Sepatu saya kotor dibalut tanah yang lengket karena hujan semalaman, pagi hari ini pun masih mendung dan gerimis. Rute yang saya lalui cukup mudah, kemiringan hampir 45 derajat. Di tengah perjalanan terdapat kolam penampuangan air yang kering berukuran 5x5 meter, dari sini terlihat perumahan dipinggir sungai, genting SMP3 Ungaran dan sepanjang jalan pramuka.
Waktu yang dibutuhkan untuk naik dari bawah sampai puncak tidak lebih lama dari menanak nasi di magicjar, butuh sekitar 10 menit saja dengan berlari. Tapi tidaklah puas bila hanya lari dan lari, saya abadikan semua yang mampu saya lihat, saya nikmati semua yang ada, membuka lebar lebar lubang hidung dan memanen udara kaya oksigen sendirian. Ditambah bonus berupa pemandangan satu batalion rayap yang sedang bergerilya di tanah dan kepungan nyamuk se kecamatan.
Semacam Kuburan Cina dan Gundukan batu 2x1meter di puncak Gunung Siwakul |
Pemandangan yang sejuk sekaligus horror berbentuk terowongan |
Niat memotret landscape gunung ungaran, perkotaan dan sekelilingnya dari puncak gagal karena tertutup oleh rimbunnya pohon. Hanya terlihat cahaya tembus dari langit atap bukit yang overexposed bila dipotret. berikut ada video saat saya turun, entah mengapa gambarnya jadi rusak gini #alibi.
saya turun melawati jalur berbeda yaitu jalan setapak menuju timur ke arah jalan raya. Saya pikir masih ada jalan setapak, ternyata jejaknya sudah hilang saking lamanya tidak dipakai, saya terpaksa membuka jalan, sampai ngesot dan kepleset karena tanah basah dan licin, Berjibaku dengan sarang laba laba dan satu batalilon nyamuk hutan yang siap sarapan darah segar.
Rute Jalan setapak Bukit Siwakul |
Salam Olahraga
@slamsr
"Pergantian tahun", banyak orang ramai menuliskan kata "resolusi", namun saya lebih suka dengan sebutan "target, goal", karena kalo denger kata resolusi, yang muncul di otak adalah layar hape HTC saya yang ukurannya 480x800 pixel, kegedean, ganjel kalo dikantongin di celana.
Oke apa goal saya di tahun 2013 ini?
Pastinya saya sangat menginginkan keseimbangan dalam hidup, dimana semua aspek kedidupan seperti pekerjaan, pendidikan, asmara, spiritual dan kesehatan saya semakin meningkat pada tahun 2013. Terpikirkan banyak sekali rencana dan tujuan yang ingin saya capai, Tetapi saat berpikir tentang keinginan yang ini inu anu banyak sekali itu, saya harus menyusun prioritas mana yang harus didahulukan.