Persiapan itu penting lho, apapun itu, terutama jika melakukan perjalanan yang berresiko tinggi mengancam keselamatan. Mungkin seperti menolong belut listrik yang pingsan, mencabut gigi singa, atau mengawal ibu-ibu lagi PMS naik motor. Kalau gak siap, kelar idup lo! Sebagai contoh nyata; kemarin ketika saya mendaki ke Puncak Botak Gunung Ungaran. Tidak cukup cuma modal fisik saja, tetapi juga perlengkapan yang menunjang selama perjalanan supaya bisa pulang dengan ceria dan sehat wal afiat.
Lalu apa saja yang perlu dipersiapkan ketika naik gunung?
Ketika saya mendaki puncak botak yang jarang dilewati orang dan dalam cuaca yang tak menentu, pagi cerah, eh! 2-3 jam kemudian mendung menggelayut dan hujan. Yang saya persiapkan tentunya untuk kondisi yang terburuk, yaitu hujan. Karena tidak menginap, maka saya tidak perlu membawa tenda segede kulkas dan baju ganti, saya juga tidak perlu membawa rantang nasi lengkap dengan lauknya. Saya cukup membawa kebutuhan makan, minum untuk 8 jam ke depan dan yang paling penting, Jas hujan serta plastik untuk packing basah.
Baca Juga: Pendakian Puncak Botak Gunung Ungaran
Benar kan? pagi yang begitu cerah seketika berganti dengan kabut, angin kencang dan hujan lebat. Jas hujan akhirnya amanah, menjalankan fungsinya dengan baik untuk menghalau angin serta air hujan, namun tak mampu menghalau kenangan yang datang bersama hujan. (duarrrrr.... backsound petir menyambar). Sedangkan teman seperjalanan saya basah kuyup njedindil kedinginan karena lupa membawa jas hujan.
Masih ada lagi yang perlu dipersiapkan, gak?
Kendaraan atau motor yang membawamu hingga tujuan dan kembali juga perlu dipersiapkan. Jika berkendara ke gunung dengan jalan yang naik turun dan berkelok tajam, butuh kendaraan dengan kondisi prima. Terutama bagian pengereman. Penting ini bro! kadang kita lupa keberadaan rem karena posisinya di bawah dan sering tidak terlihat, tapi dialah salah satu yang perlu dipersiapkan untuk menjaga keselamatan.
Kejadiannya ketika pulang turun gunung menuju rumah masing-masing. ini true story! Teman seperjalanan saya yang tidak ingin disebutkan namanya, inisialnya J****I. Orangnya kalau ngomong huruf "R", lidahnya suka keram.
Medan yang menurun tajam tanpa belokan (jalur pendaki gunung ungaran sebelah timur, bukan ke arah sidomukti), ditambah menggunakan motor matic yang tidak ada giginya, memaksa rem cakram depan dan belakang motor matic bekerja ekstra terus menerus. Gak usah direm lah! Jika tidak direm, matic akan bablas terjun bebas bro! karena motor matic tidak seperti motor perseneling, pakai gigi 1 dan 2 sudah bisa ngerem. Efeknya, rem cakram overheating, minyak rem lelah, kemudian menyebabkan karet selang aus, bocor dan akhirnya blong.
Tenang, kan masih ada rem belakang?
Rem belakang lebih parah, karena tidak terlihat, dan tidak diperiksa sebelum berangkat, ternyata kampas remnya sudah habis. Eladalah.... untung si J****I yang suka kepleset huruf R ini orangnya cepat tanggap. Dia gunakan sepatunya untuk mengerem. Ketika sudah tidka kuat mengerem, akhirnya dia lepas tangan dan melompat dari motor. Motor maticnya dilepas di pinggir jalan, dibiarkan makan tanah dan rumput mentah.
Untung masih selamat walaupun bakal ada yang pegel-pegel. Menurut tukang bengkel, jalur ini sudah banyak yang mengalami rem blong, bahkan pernah memakan korban. Untunglah waktu itu saya memakai motor bergigi dan perseneling, jadi tidak menyiksa rem sampai blong.
Jadi, pesan moral yang dapat diambil adalah, persiapkanlah perjalananmu dengan baik. Bawa yang perlu dan tinggalkan yang tidak dibutuhkan. Jangan terburu-buru sampai mengesampingkan keselamatan. Yang terakhir, nikmati perjalananmu.
Baca Juga: Pengalaman Tersesat Naik Gunung