Teman teman pada kaget ketika saya menulis status di facebook dan twitter seperti ini "DJ Slams Is In Da haussss till drop", mungkin pada berpikir slams sudah mulai gila karena skripsinya gak kelar-kelar ya!!. Wahahaha ya saya emang menjadi gila, slams yang dulu terkesan kalem dan pendiam kini tiba-tiba jadi banyak omong, cerewet cuap-cuap ngomong sendiri di Radio dan membangunkan orang sahur.
Sejarah Gunungpati, Pertama kali orang mendengar kata "gunungpati" mungkin terbayang penampakan dua gunung kembar dan mayoritas penduduknya adalah petani penghasil pati ya? hmmm tidak sepenuhnya salah dan belum tentu benar. Jadi, Saya akan menceritakan asal usul dan sejarahnya mengapa disebut Gunungpati.
Jadi begini ceritanya menurut versi saya. Pada Jaman dahulu ada hujan meteor coklat. Untunglah muncul seorang penyelamat bernama Kiai Pati dengan mengendarai seekor sapi. Dengan sekali kibasan ekor sapi yang membelah langit, membuat meteor coklatnya meleleh kemudian mengguyur seluruh permukaan gunung. "KABOOOOM" kemudian jadilah dinamakan gunungpati, wahaha ngiklan banget ya? #abaikan!
Oke, sekarang serius. Sejarah Aslinya menurut para tetua dan cerita para leluhur sebelum saya, Pada jama dahulu (beberapa ratus tahun sebelum saya dilahirkan), ada peperangan antara Tuban dan Pati, maka banyak penduduk Pati yang mengungsi untuk menyelamatkan diri dan jiwanya. salah seorang diantaranya adalah Kiai Pati yang menunggangi seekor Sapi bernama Pragolopati mengungsi bersama para pengikutnya. Setelah dirasa aman untuk berlindung dan PW (posisi wueenak), tanahnya subur, bergunung-gunung dan sangat indah. Kemudian Kiai Pati dan pengikutnya memutuskan untuk menetap dan memberi nama "Gunungpati" karena daerahnya bergunung-gunung dan digabungkan dengan nama sendiri Kiai Pati.
Jadi begini ceritanya menurut versi saya. Pada Jaman dahulu ada hujan meteor coklat. Untunglah muncul seorang penyelamat bernama Kiai Pati dengan mengendarai seekor sapi. Dengan sekali kibasan ekor sapi yang membelah langit, membuat meteor coklatnya meleleh kemudian mengguyur seluruh permukaan gunung. "KABOOOOM" kemudian jadilah dinamakan gunungpati, wahaha ngiklan banget ya? #abaikan!
Oke, sekarang serius. Sejarah Aslinya menurut para tetua dan cerita para leluhur sebelum saya, Pada jama dahulu (beberapa ratus tahun sebelum saya dilahirkan), ada peperangan antara Tuban dan Pati, maka banyak penduduk Pati yang mengungsi untuk menyelamatkan diri dan jiwanya. salah seorang diantaranya adalah Kiai Pati yang menunggangi seekor Sapi bernama Pragolopati mengungsi bersama para pengikutnya. Setelah dirasa aman untuk berlindung dan PW (posisi wueenak), tanahnya subur, bergunung-gunung dan sangat indah. Kemudian Kiai Pati dan pengikutnya memutuskan untuk menetap dan memberi nama "Gunungpati" karena daerahnya bergunung-gunung dan digabungkan dengan nama sendiri Kiai Pati.
Kali ini saya buka puasa di kucingan/angkringan, tepatnya di alun-alun ungaran, depan apotek Sari Sehat dan persis di sebelah kiri bank mandiri ungaran. Kucingan milik pak kuncung ini adalah tempat favorit saya ngumpul bersama teman-teman sebelum masuk kampus, sudah murah meriah, banyak pemandangan eksotis dan ramai juga.
Saya duduk bersila diatas karpet merah bersama dua orang teman saya yang sudah tidak sabar menyantap isi bungkusannya. Akhirnya suara adzan magrib dari masjid Istiqomah seberang jalan pun berkumandang, tibalah saatnya waktu berbuka. SIKATTTTT DAB!!!
"Allahuma lakasumtu wabika amantu wa'ala rizkika aftortu birohmatika ya arhamarrohimin"
Alhamduilah puasa hari ini terlampaui juga, diawali dengan mencicipi soup buah yang tadi sore saya beli di jalan asmara, hmmm... dari tadi sore harum dan segarnya soup buah sudah terbayang menjejali otak kanan akibat reflek dari otak reptil. Kuah warna merah muda campuran antara susu kaleng dan sirup merah manis sungguh menyegarkan, membasahi bibir, memuaskan lidah, meluncur ke tenggorokan dan menyerap diperut. rasa dahaga setelah berpuasa seharian lenyap sudah.
Estafet berbuka puasa dilanjut dengan sebungkus nasi pindang seharga seribu perak dan bakwan jagung seharga lima ratus rupiah. Makan satu bungkus saja sudah kekenyangan, alhamdulilah sudah cukup untuk membatalkan puasa.
saat tangan kanan hendak menyendok nasi pindang dan tangan kiri memegang bakwan jagung, datanglah seorang nenek renta yang sudah bungkuk, umurnya mungkin sekitar 60 tahun, mengenakan jarik coklat, hampir seluruh rambutnya beruban tidak beraturan. dia berjalan lambat menuju grobag dituntun cucunya dan ditopang tongkat bambu yang dia pegang dengan erat.
"sungguh kasihan" nenek ini adalah pengemis, saya pernah melihatnya meminta di lampu merah alun-alun. Saya merogoh mencari uang kecil di kantong celana sebelah kanan, tempat biasa saya menyimpan uang koin bergambar bunga melati, sepertinya masih ada tiga atau empat koin 500an untuk bayar parkir.
Ternyata nenek dan cucunya hanya lewat saja, berjalan menunju ke grobag pak kuncung, memesan 2 nasi bungkus dan 1 gelas teh hangat. Saya memasukan kembali uang koin ke saku celana, ternyata nenek tadi juga ikut berbuka puasa, aku dia akan mengemis. nenek itu makan dengan tergesa-gesa, hanya 5 menit dan meminta 1 bungkus nasi untuk dibawa pulang.
Dia menghitung recehan kucel yang disimpan diselendangnya, membayar sesuai hitungan pak kuncung dan pergi menyeberang jalan. Dengan dituntun cucunya dia menyeberang menerobos jalan raya, untunglah lalulintas magrib itu tidak begitu ramai.
Suatu peristiwa yang tidak saya duga terjadi, dia menghampiri seorang laki-laki kurus, berjongkok diemperan toko yang sudah tutup. Kulit laki-laki itu gosong, hitam kusam, rambutnya kaku merah dan awut-awutan tak terurus seperti ijuk, bajunya kotor dan bolong-bolong. Ya saya tau laki-laki itu, dia adalah gelandangan stressgila yang sudah sejak lama mondar-mandir menghuni jalan itu.
Nenek dan si cucu menghampiri laki-laki tadi, sang nenek menyapa dan memegang tangan orang gila tersebut. saya lihat dia bercakap-cakap sebentar. Karena jaraknya agak jauh dan bising suara kendaraan, saya tidak mendengar apa yang dia katakan.
Tapi terlihat sangat jelas sekali, nenek itu memberikan bungkusan nasi kucing yang tadi dia beli kepadanya dan menangkupkan kedua tangannya seakan-akan mengatakan "ini makanlah buat kamu anakku". Nenek itu juga memberikan beberapa koin uang receh dari dalam selendangnya, Subhanalloh. Sedangkan laki-laki stress tadi hanya bengong menatap nenek dan cucu berlalu pergi dari hadapannya.
Ayunan sendok didepan mulut saya mendadak terhenti, terus menatap dan memperhatikan langkah kecil nenek tua itu yang menghilang dari terangnya lampu jalan Ungaran.
subhanallah.. sungguh mulia nenek itu, kondisinya memang kekurangan, tetapi dia masih ingat kepada orang lain yang juga mengalami kesusahan, padahal belum tentu dia mengenal laki-laki stress tadi. Saya, ada apa dengan saya? saya yang mempunyai ekonomi lebih dan kecukupan dari nenek itu, kadang masih enggan memberikan sedekah kepada orang lain yang membutuhkan.
Saya yakin puasa ramadhan ini penuh berkah, penuh ampunan, dilimpahkann rizki, mari beramal dan berbuat kebajikan dibulan ramadhan. jangan biarkan bulan mulia ini berlalu tanpa hasil, semoga setelah bulan ramadhan ini selesai kita menjadi manusia yang lebih baik, bertakwa, beriman dan lebih dekat dengan Tuhan.
Lokasi : Alun-alun Ungaran
Foto :
Inspirasi terkait : Nenek penjual opak Jalan Pamularsih
Saya duduk bersila diatas karpet merah bersama dua orang teman saya yang sudah tidak sabar menyantap isi bungkusannya. Akhirnya suara adzan magrib dari masjid Istiqomah seberang jalan pun berkumandang, tibalah saatnya waktu berbuka. SIKATTTTT DAB!!!
"Allahuma lakasumtu wabika amantu wa'ala rizkika aftortu birohmatika ya arhamarrohimin"
Alhamduilah puasa hari ini terlampaui juga, diawali dengan mencicipi soup buah yang tadi sore saya beli di jalan asmara, hmmm... dari tadi sore harum dan segarnya soup buah sudah terbayang menjejali otak kanan akibat reflek dari otak reptil. Kuah warna merah muda campuran antara susu kaleng dan sirup merah manis sungguh menyegarkan, membasahi bibir, memuaskan lidah, meluncur ke tenggorokan dan menyerap diperut. rasa dahaga setelah berpuasa seharian lenyap sudah.
Estafet berbuka puasa dilanjut dengan sebungkus nasi pindang seharga seribu perak dan bakwan jagung seharga lima ratus rupiah. Makan satu bungkus saja sudah kekenyangan, alhamdulilah sudah cukup untuk membatalkan puasa.
saat tangan kanan hendak menyendok nasi pindang dan tangan kiri memegang bakwan jagung, datanglah seorang nenek renta yang sudah bungkuk, umurnya mungkin sekitar 60 tahun, mengenakan jarik coklat, hampir seluruh rambutnya beruban tidak beraturan. dia berjalan lambat menuju grobag dituntun cucunya dan ditopang tongkat bambu yang dia pegang dengan erat.
"sungguh kasihan" nenek ini adalah pengemis, saya pernah melihatnya meminta di lampu merah alun-alun. Saya merogoh mencari uang kecil di kantong celana sebelah kanan, tempat biasa saya menyimpan uang koin bergambar bunga melati, sepertinya masih ada tiga atau empat koin 500an untuk bayar parkir.
Ternyata nenek dan cucunya hanya lewat saja, berjalan menunju ke grobag pak kuncung, memesan 2 nasi bungkus dan 1 gelas teh hangat. Saya memasukan kembali uang koin ke saku celana, ternyata nenek tadi juga ikut berbuka puasa, aku dia akan mengemis. nenek itu makan dengan tergesa-gesa, hanya 5 menit dan meminta 1 bungkus nasi untuk dibawa pulang.
Dia menghitung recehan kucel yang disimpan diselendangnya, membayar sesuai hitungan pak kuncung dan pergi menyeberang jalan. Dengan dituntun cucunya dia menyeberang menerobos jalan raya, untunglah lalulintas magrib itu tidak begitu ramai.
Suatu peristiwa yang tidak saya duga terjadi, dia menghampiri seorang laki-laki kurus, berjongkok diemperan toko yang sudah tutup. Kulit laki-laki itu gosong, hitam kusam, rambutnya kaku merah dan awut-awutan tak terurus seperti ijuk, bajunya kotor dan bolong-bolong. Ya saya tau laki-laki itu, dia adalah gelandangan stress
Nenek dan si cucu menghampiri laki-laki tadi, sang nenek menyapa dan memegang tangan orang gila tersebut. saya lihat dia bercakap-cakap sebentar. Karena jaraknya agak jauh dan bising suara kendaraan, saya tidak mendengar apa yang dia katakan.
Tapi terlihat sangat jelas sekali, nenek itu memberikan bungkusan nasi kucing yang tadi dia beli kepadanya dan menangkupkan kedua tangannya seakan-akan mengatakan "ini makanlah buat kamu anakku". Nenek itu juga memberikan beberapa koin uang receh dari dalam selendangnya, Subhanalloh. Sedangkan laki-laki stress tadi hanya bengong menatap nenek dan cucu berlalu pergi dari hadapannya.
Ayunan sendok didepan mulut saya mendadak terhenti, terus menatap dan memperhatikan langkah kecil nenek tua itu yang menghilang dari terangnya lampu jalan Ungaran.
subhanallah.. sungguh mulia nenek itu, kondisinya memang kekurangan, tetapi dia masih ingat kepada orang lain yang juga mengalami kesusahan, padahal belum tentu dia mengenal laki-laki stress tadi. Saya, ada apa dengan saya? saya yang mempunyai ekonomi lebih dan kecukupan dari nenek itu, kadang masih enggan memberikan sedekah kepada orang lain yang membutuhkan.
Saya yakin puasa ramadhan ini penuh berkah, penuh ampunan, dilimpahkann rizki, mari beramal dan berbuat kebajikan dibulan ramadhan. jangan biarkan bulan mulia ini berlalu tanpa hasil, semoga setelah bulan ramadhan ini selesai kita menjadi manusia yang lebih baik, bertakwa, beriman dan lebih dekat dengan Tuhan.
Lokasi : Alun-alun Ungaran
Foto :
Inspirasi terkait : Nenek penjual opak Jalan Pamularsih
Sholat tarawih hari pertama sangat ramai di mushola baru kami, mushola yang belum genap 2 bulan diresmikan, Namanya Al Falah yang berarti "kemenangan". Jarak dari rumah sangat dekat, tepat disebelah kiri dan dipisahkan oleh sebuah rumah, kalo mau ke mushola tinggal tinggal loncat atau koprol saja.
Hari ini adalah hari pertama sholat tarawih, hari ini juga menjadi hari pertama kalinya saya masuk mushola Al Falah dan sholat berjamaah. Rasa malu saya muncul, karena setelah 3 bulan selesai pembangunan mushola baru kali ini saya ikut sholat berjamaah. Bukan karena saya tidak sholat, tetapi karena saya jarang dirumah dan kalau sampai rumah juga diatas jam 8 malam.
Alhamdulilah bisa bertemu dan kumpul dengan teman-teman lama, kita jarang kumpuk karena sudah sibuk dengan kerjaan masing-masing. Selain itu bisa bertatap muka langsung dengan tetangga, saling sapa dan bersalaman, alhamdulilah saya masih dianggap sebagai warga, walaupun jarang terlihat dirumah.
Hari ini adalah hari pertama sholat tarawih, hari ini juga menjadi hari pertama kalinya saya masuk mushola Al Falah dan sholat berjamaah. Rasa malu saya muncul, karena setelah 3 bulan selesai pembangunan mushola baru kali ini saya ikut sholat berjamaah. Bukan karena saya tidak sholat, tetapi karena saya jarang dirumah dan kalau sampai rumah juga diatas jam 8 malam.
Alhamdulilah bisa bertemu dan kumpul dengan teman-teman lama, kita jarang kumpuk karena sudah sibuk dengan kerjaan masing-masing. Selain itu bisa bertatap muka langsung dengan tetangga, saling sapa dan bersalaman, alhamdulilah saya masih dianggap sebagai warga, walaupun jarang terlihat dirumah.