Mungkin Saya Bukan Ayah Yang Sempurna, Keluarga adalah Segalanya

Monday, August 05, 2019


Bulan Juni ini, Fatih resmi berumur 3 tahun. Walaupun baru 3 tahun, tinggi dan besar badannya sudah mirip anak umur 4 tahun. Cepet banget kamu gedenya, nak? Nggak lama lagi, akan segera memasuki usia sekolah. Dan artinya… siap-siap dengan uang sekolah yang nggak murah.

Yah begitulah, ketika resmi menyandang status ayah artinya bukan cuma kebanggaan yang bisa saya bawa kemana-mana. Tapi juga tanggung jawab mendidiknya sesuai harapan yang dititipkan di pundaknya, termasuk memberikan haknya sebagai anak. Ngomongin hak anak, bukan hal yang mudah untuk sekadar dibicarakan. Saya sendiri belum sempurna menjadi bapak, tapi insya Allah sedang menuju ke sana.

Salah satu bentuk pertanggungjawaban sebagai ayah adalah memenuhi haknya sebagai anak. Sandang dan pangan aja nggak cukup, membuatnya bahagia adalah sebuah keharusan karena kebahagiaan Fatih secara otomatis juga memberi kebahagiaan buat saya. Seperti mendukung hobinya menjadi Bus mania, tiap minggu ngajak jalan-jalan naik bus BRT.

Baca juga : Teman Lari Yang Rewel

Saya ingin anak yang hobi nodong es krim ini menikmati masa kanak-kanaknya tanpa beban. Bermain-main adalah tugas utamanya. Saya tidak mau dia kehilangan masa kecilnya untuk membuat orang tuanya bangga dengan memikirkan prestasi apa yang harus dia raih di sekolah kelak. Biar saja Fatih nggak mendapatkan ranking, atau kurang jago matematika. Karena saya percaya kecerdasan anak bukan dari raport semata.

Dan, setiap kali saya melihat kenyataan anak-anak yang masih harus berjuang mencari uang  di lampu merah batin saya teriris. Mungkin, mereka melakukannya sebagai bakti pada orang tua. Tapi, saya sendiri berprinsip urusan pendanaan seharusnya jadi tanggung jawab orang tua. Bukan sebaliknya: anak dieksploitasi untuk kepentingan finansial.

Jangankan menyuruh anak ngamen, kalau Fatih demam saja saya ikutan panik. Dengan kondisi pencemaran yang makin parah seperti sekarang, penyakit memang lebih gampang menyerang. Nggak cuma ke anak tapi juga ibu dan bapaknya. Kalau sudah ada yang sakit, wah bisa cotho! repot sekeluarga ini. Biaya berobat ke dokter itu MAHAL GAES!

99% spesies manusia di dunia sepertinya nggak ada yang khusyuk berdoa supaya dirinya awet sakit atau punya cita-cita rawat inap rutin di rumah sakit. Tapi, yang namanya  musibah bisa datang tanpa konfirmasi dulu kan? Dengan semakin mahalnya biaya pengobatan, yang bisa saya lakukan adalah pencegahan lewat persiapan dana dalam bentuk asuransi.

Dulu saya pikir menyimpan tabungan dana darurat saja sudah cukup. Tetapi, dengan semakin banyaknya literasi finansial yang saya ikuti, saya jadi makin sadar kalau dana darurat bukan diperuntukkan bagi urusan kesehatan. Lha eman-eman toh! sudah nabung sekian tahun tiba-tiba ludes di tagihan loket kasir rumah sakit?

Yang seharusnya dimiliki oleh setiap keluarga adalah asuransi kesehatan. Loh kan sudah ada BPJS Kesehatan?

Memang benar, tapi menurut saya pribadi nggak ada salahnya memiliki asuransi tambahan. Kenapa? Karena ketika ada kasus harus masuk rumah sakit secara mak bedunduk (mendadak) tidak semua RS bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Namanya juga sakit, gak bisa sereceh itu diprediksi bukan? Kecuali KB, kredit perumahan dan pernikahan, itu bisa direncanakan, itu saja masih bisa meleset.

Nah supaya nggak rugi dalam memilih asuransi kesehatan buat keluarga, ini tipsnya:

Pilih asuransi sesuai anggaran

Meski sifatnya bukan kebutuhan primer, tapi jangan sepelekan manfaat asuransi. Hanya saja tetap perhatikan berapa dana yang dialokasikan untuk asuransi kesehatan. Idealnya alokasi dana asuransi setiap bulannya dalah 5-10% dari penghasilan. Nggak mahal kan?

Tentukan dulu kebutuhan asuransi yang dicari

Lagi-lagi, supaya nggak rugi jangan keburu tergiur dengan murahnya premi. Perhatikan dengan teliti manfaat yang akan diperoleh. Jangan karena melihat angka premi yang sangat murah, tapi perlindungan kemudian kurang optimal.

Miliki lebih dari satu

Ahli asuransi menyarankan untuk memiliki lebih dari satu asuransi supaya bisa mendapatkan manfaat perlindungan yang optimal. Makanya, meski sudah memiliki BPJS Kesehatan saya juga melengkapi dengan asuransi kesehatan tambahan.


Buat perbandingan asuransi dari berbagai macam provider

Lagi-lagi, karena setiap asuransi punya kelebihan dan kekurangan maka teliti sebelum membeli adalah sebuah keharusan. Jangan malu bertanya kepada agen mengenai plus-minus yang ditawarkan. Untuk urusan ini, mencari asuransi lewat broker yang nggak hanya menjual satu jenis asuransi tentunya sangat membantu.

Hal penting yang perlu dicek dalam membeli asuransi adalah:

  • Sistim pembayaran cashless atau reimbursement?
  • Jaringan rumah sakit yang bekerja sama cukup luas
  • Menyediakan limit gabungan lebih banyak

Pisahkan asuransi kesehatan dengan investasi

Beberapa waktu lalu sempat ramai tren asuransi yang bisa memberikan keuntungan berupa uang kembali yang dikenal dengan nama unit link. Belakangan, saya baru tau kalau sebetulnya unit link itu investasi, bukan asuransi. Punya unit link nggak salah, tapi jangan berharap ketika sakit nanti perlindungan yang didapat juga maksimal.

Jadi, gimana bapak dan ibu. Sudah mempertimbangkan asuransi kesehatan mana yang mau dipakai? Saya sendiri memilih paket keluarga dengan perlindungan yang sesuai kebutuhan keluarga kecil kami. FYI paketan kayak gini preminya bisa lebih murah lho :)

You Might Also Like

11 komentar

  1. Aku mempersiapkan semuanya. Asuransi punya, bpjs punya, minyak kutus-kutus sebagai andalan pun punya hehehe. Dulu kalo sakit pasti langsung beburu ke dokter, skg tiap hari rajin balur kutus-kutus jadi jarang sakit. Kalo sakitpun juga kalem dulu, baluran dulu. Sekiranya masih belum mendingan baru ke dokter. Kalo bpjs aku males antri pelayanan & diskriminasinya, padahal ya sama2 bayar. Selagi ada duit, gas ajalah. Selebihnya kalo butuh perawatan lebih ya pake axa/prudent. Kalo manulife, big no! Udh pernah punya dan saat dibutuhkan susah. Kalo soal pendidikan sudah tersedia di deposito. InsyaAllah sudah rada tenang.
    Semangaatt, Slams! Salam buat Fatih & ibuknya

    ReplyDelete
    Replies
    1. wih sudah dipersiapkan semuanya....
      jadi inget, biaya kuliah juga mahal hehe..
      tep semangat kutus kutusnya

      Delete
  2. wahh ternyata punya blog sendiri yaa .. . lanjutkan mas slam..
    tambah lagi tulisannya tentang cara mendidik anak tanpa harus mengekang hobi si anak . karena kebanyakan anak masih suka bermain, sedangkan orang tua maunya si anak "bisa" dlam segala hal.

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah ini kudu belajar dulu, karena kadang orang tua memang punya ego sendiri dan memiliki pengharapan bagi anak anaknya.
      makasih masukannya

      Delete
  3. Ah, anak....................
    Ada beberapa orang di sekitar saya yang ngomongin anak itu dengan mudah banget. Tapi mungkin sayanya yang overthinking, engga semudah itu T.T

    Saya mikirnya udah ke depan banget tuh. Saya bakalan sedih banget kalau dia gak bahagia, sedangkan saya tahu namanya manusia pasti akan merasakan up and down. Tahu, tapi masih mau belajar lagi untuk menerima.

    Daripada masalah materi, saya lebih khawatir tentang mentalnya sih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, jadi mikirin bagaimana nanti supaya dia bahagia. bagaimana dia berjuang dalam hidup kelak, apa yang akan kita bekali ke anak.

      Delete
  4. Memang keluarga itu adalah harta yang paling berharga (seperti ost lagu keluarga cemara) dan untuk melindungi harta yang paling berharga ini, digunakanlah asuransi kesehatan. Walaupun sudah punya BPJS namun tidak ada salahnya dilengkapi dengan asuransi kesehatan juga.

    ReplyDelete
  5. Saya Alhamduillah sudah punya 2 anak mas,laki-laki dan perempuan. Dan bukan hal yang gampang, memenuhi segala kebutuhan, merawat dan menjaganya dari segala bahaya.

    Tapi yang paing penting adalah begitu susahnya untuk menjaga akidah mereka, percayalah...kita selaku orang tua (bapak) adalah yang pertama ditanya di akherat tentang kemurnian akidah anak2 kita.

    ReplyDelete

Followers