Jempol Murahan, Musuh Baru di Sosial Media

Friday, December 29, 2017

#JEMPOLMURAHAN

Ketika penyakit Difteri dikabarkan mewabah dan ada korban meninggal, para orang tua pasti khawatir jika anak dan keluarganya tertular. Kekhawatiran menjadi ketakutan ketika tersebar video tikus di tumpukan cabai disertai propaganda menyebar di group whatsapp. Dan tanpa pikir panjang, beberapa orang  tidak  sanggup menahan jompolnya untuk langsung menyebarkan berita tersebut tanpa diperiksa kebenarannya.

Faktanya; Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae dan tidak ada hubungannya dengan tikus. Video dan beritanya pun tidak sesuai, tidak diketahui sumbernya dari mana. Fix Hoax.

Terlanjur tersebar. Ada 3 group whatsapp dan 2 orang yang menyebarkan berita tersebut. Sialnya, kakak saya yang tidak pernah share berita hoax, kali ini ikut tersulut api, termakan bujukan untuk ngeshare karena ada bumbu anak-anak meninggal dalam broadcast tersebut.

Contoh berita lain yang paling merugikan adalah video dari seorang ibu yang salah mengira saudara sebagai pasangan gay. Sudah dengar beritanya belum? Sudah ada klarifikasi di detik tentang berita tersebut. Namun, Video terlanjur viral, hujatan dan tuduhan tersebut terlanjur mendarat kepada mereka. Tentunya sangat merugikan.

Masih banyak contoh berita hoax yang meresahkan. Mungkin niatnya aik, ingin menyebarkan informasi yang dirasa berguna, namun isi kontennya tidak divalidasi.

Ciri-cirinya bisa dikenali, biasanya isi postingannya manis, kadang dicantumkan data, kutipan artikel, data penelitian, dan ada juga yang mencantumkan dalil dan ayat-ayat suci. Di akhir berita pasti ada ajakan untuk saling menyebarkan, jangan berhenti di kamu. Gembus tenan!


#JEMPOLMURAHAN

Orang yang gampang sekali menyebarkan berita seperti ini, yang tidak mampu menahan jempolnya untuk sekadar verifikasi, klarifikasi berita terlebih dahulu, jempolnya murahan banget. Temen-temen di Group Whatsapp Blogger Loenpia sepakat menyebutnya #JempolMurahan.

"Aku cuma share owk" Halambenyah! Jawaban ini ngeselin banget. Padahal jika sudah menyebar di social media, internet, dan viral, efekya sungguh luar biasa. Terlebih jika beritanya hasutan, fitnah dan sifatnya negatif pasti akan ada yang dirugikan. Yang lebih ngeselin lagi, jika orang #jempolmurahan ini bebal, tetap menyebarkan berita walaupun sudah berkali-kali dinasehati dan dilawan dengan berita yang benar.

"Diingatkan dong!"

Seperti di sebuah group whatsapp yang saya ikuti. Mau ngekick tapi bukan admin. Mau diblokir tapi keluarga sendiri. Mau dinasehati tapi kok sudah bergelar haji. Ada yang seperti itu kah, ketika mau melawan hoax? Sungkan, takut, tidak mau mencari musuh? Tetapi, jika kita diam saja, malah makin menjadi.

Supaya tidak jadi orang #JempolMurahan di sosial media, supaya tidak merugikan orang lain seperti Ibu yang mengira pasangan gay. Sebaiknya bentengi diri kita ketika di sosial media dan media online dengan 5 langkah berikut;

Cara gampang dari saya di sosial media sih cuma 1, sebarkan berita positif dan bermanfaat saja. Nah, untuk tahu berita tersebut positif dan bermanfaat, tentunya perlu melakukan filter seperti infografis di atas. Courtesy by Daeng Ipul.




@slamsr
20171229

You Might Also Like

5 komentar

  1. Kalo aku tep tak tabrak :)) yah paling dikatain edan, trus dikasi dalil2 panjang & doa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau punya data valid dan kuat, aku tabrak juga. Kalau belum nemu ya diam dulu.

      Namanya juga cah cilik


      Delete
  2. Ya begitulah Mas, soalnya ngeshare itu mudah tinggal teken dua kali selesai. Gak usah jauh jauh ke tikus, di usus, dikulit kita itu ada bakteri flora normal namun bisa mematikan kalau pertahanan tubuh gak bagus malah penyakit yang disebabkan lebih parah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga saja penyakit jempol murahan ini tidak disebabkan oleh bakteri.

      Delete
  3. Bener banget,cara paling mudah menanggapi sebuah postingan di grup ya dgn kasih jempol. Walaupun seringnya malah belum dibaca sdh kasih jempol duluan. Hahaha...

    ReplyDelete

Followers