Bapak dan Ibu

Tuesday, April 28, 2009


Aku menitikan air mata, Bukannya karena ngiris bawang merah atau kaki keinjek gajah!!, tapi tiap aku inget pasti mataku berair, jadi bukannya nangis.

Sabtu malam kemarin tanggal 25 April 2009 tengah malam mendapat kabar dari Saudara, dia datang rumahku dan mengetuk pintu ditengah malam buta. mengabarkan bahwa pamanku Azis meninggal dunia tepat pukul sebelas malam tadi.

Dalam kondisi masi setengah sadar, aku dan kakak perempuanku (panggil=brother) langsung mengabari seluruh kerabat yang nomornya tertera di layar Handphone. Alhamdulillah bisa menerima kabar lelayu itu.

Beliau meninggalkan Istri dan anak-anaknya. Beliau Seumuran dengan Bapakku ketika dalam kondisi sakit, keadaannya pun sama yaitu menginggal di tempat tidur karena penyakit tua dan stroke.

Tepat 1 minggu sebelum meninggalnya aku berkunjung kerumah karena diminta untuk mengantarkan Tri (anak perempuan dari Bpk Azis yang paling kecil).

Setiap aku berkunjung dikediamannya di daerah Kalisidi Ungaran, aku sempatkan menjenguk. aku duduk dipinggir ranjang dan menggenggam Jemari tangan keriputnya yang tergolek di tempat tidur. Sejak Pertemuan itu sudah terlihat ada yang berbeda, tapi tak kuhiraukan, "ah cuma perasaanku saja".

Setiap aku mengelus tangannya, beliau selalu menanyakan dengan suara lirih "Sinten niki? sopo yo?" menanyai aku.

Aku dekatkan Bibirku ke telinganya "Slamet pakde, Putrane Bu Muji Gunungpati"

"oohh... iya... pinarak sek nang" sambil tersenyum kecil mempersilakan aku bertamu
Aku tetap memegang tangannya dan menatap dalam-dalam ke wajah tuanya yang mirip sekali dengan kondisi Bapak waktu masih ada.
Mungkin Pakde Azis sudah tidak mengenali aku karena penglihatannya yang sudah rabun, beliau cuma mengatakan " Monggo....hee... mrene nang" sambil senyum.
Aku mencium Tangannya, terisak, peluhku jatuh membasahi lengannya.

Beliau mengingatkanku kepada Bapak, Teringat dahulu waktu masih kecil sekitar umur 5 tahun. Aku digendong dipundaknya yang sudah berumur dan mengajakku jalan-jalan dipagi hari. Belum pernah aku digendongnya, itu juga satu kali karena kecelakaan, kakiku sebelah kanan sobek terkena GIR (ruji) sepeda waktu bermain dengan teman-teman. "Hufhhh...." bahagia sekali bisa digendong bapak, itu juga cuma satu kali.

Aku lebih sering digendong sama ibu sewaktu kecil. Tapi yang paling aku ingat yaitu setiap ibu beli beras satu karung (20 kiloan), lalu beras itu digendong di punggungnya , dengan semangat siBolang aku naik keatas punggungnya dan menduduki beras itu berlagak seperti Pangeran yang menunggangi kuda "Yiiiiiiihaaaaa....". Ibu memang wanita yang Tegar, Waktu itu badanku masi kecil sekitar umur 3 tahunan jadi ibu masih kuat menggendong.

Pernah sekali aku menggendong ibu, sepulang dari rumah sakit Kariadi Semarang dia masih lemas, dan perlu bantuan untuk ke kamar mandi. Ingin kugendong Ibu terus sebagai ganti masa-masa kecil, walaupun itu tidak akan pernah bisa sebanding dengan semuanya yang telah dia berikan padaku.

"Hmmmmm kangen ma ibu", setiap rasa itu muncul, aku pandangi foto keluarga di Album foto atau di Handphone, dan mendoakan "ibu lagi ngapain ya? kangen nih besok kalo libur aku datang bu!! Maafkan anakmu ini ya bu, sekarang sudah jarang menjenguk, aku janji besok kamis bakal pulang Awal dan menjenguk Ibu"

"Hargai waktu kita saat bersama dengan orang yang kita sayangi"
jangan biarkan itu berlalu dan meninggalkan kita



Link Inspirasi terkait:

You Might Also Like

6 komentar

  1. turut berduka cita slam...yang tabah

    ReplyDelete
  2. makasi mas, beliau sudah tentram disana.

    ReplyDelete
  3. semoga mendiang mendapat tempat yang layak disisiNya. amin. yg tabah yah

    ReplyDelete
  4. masasi mas angga, mereka masi tetap mendatkan tempat dihatiku....

    ReplyDelete
  5. aduh Slam..
    aku lama gak kesini ternyata ada berita duka..
    aku turut berduka cita ya..
    maaf agak telat..tapi gak apa-apa kan
    semoga arwah beliau mendapat tempat yang bagus di sisiNya
    Amien..

    ReplyDelete
  6. amien...
    tingkyu tik, beliau telah mendapat tempat yang nyaman

    ReplyDelete

Followers