Menikmati Candu Air Terjun, Curug Lawe dan Benowo

Wednesday, March 20, 2013

HAE... saya bernostalgia "lagi" dengan lumut, batu dan gemercik air jatuh paling indah di lereng gunung Ungaran. Kali ini saya memandu legiun asing, 4 orang master Biologi dari Salatiga menjelajah Curug Lawe dan Benowo. Melakukan perjalan dengan manusia manusia ini sangat unik, paling tidak saya sedikit tau tentang nama latin atau ilmiah bermacam pepohonan, paraserianthes falcataria ( sengon) dan tectona grandis (jati).

Setibanya di Pos jaga sekaligus rumah kabag (mandor) perkebunan PT. Cengkeh Zanzibar, yang kami cari hanya mencari 1 hal, yaitu indomie. Ya... betul indomie rebus pakai telur ceplok kebul-kebul. Sepertinya energi  dari segelas milo dan 2 potong roti pisang keju dari rumah sudah terkuras di 9 kilometer perjalanan Gunungpati - Brangjang - Dolo - Kalisidi (jalan kaki).

curug-lawe-petunjuk-jalur

Untuk masuk wisata cukup membayar karcis 4 ribu per pantat. Pukul 9:50 kami lanjutkan perjalanan, masuk dalam rimbunnya kebun cengkeh sekitar 70 meter, kemudian belok kiri turun menyusuri parit, sudah ada papan penunjuk arahnya kok.

Walaupun sudah tidak ada jalan yang rusak karena longsor, namun harus tetap ekstra hati hati, karena kombinasi lumut dan air di sepanjang parit dapat membuat anda tergelincir. Pastinya anda tidak ingin terjun bebas bukan? karena sisi kiri adalah sungai dengan jeramnya yang deras dan berbatu, kedalaman sekitar 30 meter. Terkadang juga ada ranting bergigi piranha dari tanaman yang menjulur mirip pohon aren, siap mencantol apapun, termasuk telunjuk saya yang usil megang megang.

curug-lawe-jembatan-romantis-lama


Saya berjalan pelan ketika sampai di jembatan kayu, orang menyebutnya "jembatan cinta". Pose foto diatas saya memang berlari, tetapi sebenarnya jantung saya berdegup menciut, was was andai kayu jembatan patah karena lapuk, atau terpeleset terjun bebas lalu wassalam. Jembatan dengan lebar 1 meter berbahan besi ini berfungsi menghantarkan air (dibawah), dan bagian atas yang berlapis kayu digunakan sebagai jalan. Jembatan ini adalah spot paling menarik setelah kedua curug pastinya.

Hujan pun ikut mewarnai langkah kami. Semakin deras jatuh dari langit, memaksa kami mempercepat langkah, melompati batu, menapaki tanah lembek, menyeberangi sungai supaya lekas sampai tujuan. Otak bertype penjelajah ini konsleting, saya sempat punya ide nakal untuk membuka jalan baru, namun berujung jurang. Akhirnya kembali ke rute semula yang lebih aman.

curug-lawe-benowo-lompat-lama
HEI... SAYA TERBANG. Jangan tiru! adegan ini diperankan oleh atlet pro (photo by wetipo)
Suara gemuruh dan bulir sejuk air yang terbawa angin menjadi tanda bahwa Curug Benowo sudah dekat. Betapa histerisya kami, sampai berlari lebih cepat supaya bisa lebih dekat ketika melihat kucuran air dari pucuk yang menyemburat putih dengan sedikit bias pelangi. Aaaahhh... kita nikmati dahulu keindahan alam Ungaran ini.

Banyak cara untuk menikmati air terjun. Saya rasa menikmati air terjun itu tidak perlu sampai mandi di bawah kucuran air. Iya kalau air yang jatuh,  andaikan yang jatuh itu batang pohon?, batu seukuran kepala bayi? apa tidak cari mati?. Jagalah jarak aman, tidak perlu terkena guyuran air, 10 meter saya rasa sudah cukup. Tidak perlu lama-lama juga, karena 1 menit saja sudah bisa membasahi pakaian anda hingga jeroan terdalam.

30 menit, cukup lama saya habiskan waktu disini. saatnya melanjutkan perjalanan menaiki dan menuruni lereng dengan jalur zig zag menuju Curug Lawe di seberang bukit. Saya  memutuskan untuk melewati curug benowo dahulu kemudian ke curug lawe supaya perjalanan lebih ringan, mengingat harus mendaki dan menuruni bukit.



Tibalah di pertigaan, diatas jembatan ini, saya pernah gagal dan balik arah pulang karena beberapa rekan dalam rombongan yang tidak kuat. Mulai dari Checkpoint ini, aplikasi Endomondo saya rajin berteriak "GPS LOST... GPS LOST". ternyata signal GPS tidak mampu menembus tebalnya dinding pepohonan hutan.

GILA...  medan yang dilewati ternyata lebih menantang, harus nyemplung di kali, meniti dahan pohon yang hanyut, dan tentunya landscape lebih indah. Hanya butuh waktu 20 menit saja untuk sampai di curug lawe. di musim penghujan ini debit airnya lebih deras, bulir yang terbang lebih mirip seperti kabut, kamera hape saya selalu basah dalam hitungan detik sampai tidak bisa mengmbil gambar dengan layak.

curug-lawe-cekungan
Curug Lawe (photo by Dhanang)
Curug lawe, dinding tebingnya  berbentuk oval, hampir setengahnya muncul lelehan air. Banyak sekali gelondongan batang pohon berukuran besar dan bebatuan licin seukuran televisi 21 inci yang mengonggok di dasar air terjun. Melihat kondisi tersebut, saya tidak berani untuk berada lebih dekat, sekedar jaga diri saja, karena alam itu abu-abu, susah untuk diprediksi. dan satu lagi "JANGAN NEKAT MANDI DI BAWAH AIR TERJUN!".

Teman kantor saya bertanya "entuk opo? Apa yang saya dapat?"
Bhahaha saya hanya tersenyum, padahal saya sudah 5 kali main kesini, namun setiap perjalanan ada saja hal baru, tantangan baru, dan tentunya cerita yang berbeda. Bayangkan saja Gunungpati - Curug lawe pergi pulang, jalan kaki sekitar 9 jam dengan jarak tempuh 26 kilomenter dalam guyuran hujan dan lutut shock gara-gara terjerbab saat maling buah wuni di kebun cengkeh.

Saya sampai tepok jidat sendiri dan pengen tepok jidat si dhanang, wetipo, dani dan toni!, kok ya jalan kaki!  bhahaha. Namun bagi orang yang menikmati perjalanan dengan selangkah demi selangkah,  Curug lawe dan Curug Benowo benar benar jadi candu, bakalan muncul rasa kangen untuk berkunjung kembali.

Salam olahraga
@slamsr

You Might Also Like

20 komentar

  1. weeehhh... mangstab banget dah..!!!


    ReplyDelete
  2. klo ke sini harus bener milih partner....
    aku ke sana bertiga, yang satu sudah agak tua, tapi semangat nya tua banget, usia baru 36, eh baru jalan 1 km dari posko, sudah minta balik... beratttt....
    mungkin salah partner yang lebih muda juga, jiwa salesnya kurang terasah...
    saat jalan kaki sudah 1km, dia nanya, masih jauh nggak?
    malah njawab, masih 5 km lagi pak....
    waaala bubar...
    haruse khan dikit lagi pak...
    dikit lagi sampe pak...
    dikit lagi sampe pak....
    hahhaha....

    ReplyDelete
    Replies
    1. bhahaha berati aku termasuk yang jiwa salesnya kurang,
      tapi dari awal jalan, air terjunnya memang sudah kelihatan sekitar 2.5 kilo om.

      iya, harus dengan parter yang bisa mengimbangi...

      Delete
  3. Replies
    1. yok jalan jalan lagi... tapi lewat bawah? bhahaha golek molo

      Delete
    2. hahahaa..
      bawah mana? parit itu? aku kalau kesana lewat sana. cuman kl susur sungai belum pernah.. gilo mbek medan e :))

      Delete
    3. bhahaha iya, bikin gilo, bahaya kalau hujan...
      bisa lah kalau mulai dari DAM menyusur sungai sampai curug lawe

      Delete
  4. nice post gan, jadi pengen kesana, hehehe.. :)

    ReplyDelete
  5. Replies
    1. seger banget mas, airnya gak kalah dingin sama es grim di indmaret..
      ijo ijonya bikin mata kembali segar

      Delete
  6. aa masih moto pakai hp? kayak pakai kamera pro tuh....keyen!!
    suka liat ijo, air terjun, alami...
    jalan kaki 26km jangan ngajak aku a', mana medannya berat gitu...*ciut-nyali* :D

    ReplyDelete
  7. wah kelihatannya sejuk sekali , pemandangan alam sekitarnya pun bagus :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya... seklilingnya bikin betah berlama lama di sana
      ijo ijonya bikin mata jadi segerrr

      Delete
  8. Kangen tempat kuwi gan, Uϑªh dari jaman sma, 9 tahun lalu. Pernah dari peromasan waktu turun dari puncak ungaran. Dari bawah juga pernah tp naik motor sampe kebun cengkeh. Suasana asri dulu jarang orang kesitu. G ditarif retribusi juga. G tahu. Sekarang seperti apa. Dulu pernha ngobro ma teman penikmat alam, seharusnya tempat sperti ini jadi obyek wisata, tp karena medanya agak sulit setelah irigasi air. Jd belum kejamah sama pemkab smrang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih kehadirannya di curug lawe-benowo
      semoga dilain hari sudi berkunjung kembali

      perlu kami tambahkan curug lawe-benowo berada di desa kalisidi kecamatan ungaran barat kab. semarang di wilayah perhutani KPH Kedu Utara (aneh ya jenenge...)

      kami memang tidak banyak berpromosi tentang curug ini karena kami tidak ingin terlalu banyak pengunjung umum dikarenakan 1. lokasi yang beresiko sehingga butuh nyali dan fisik baik, 2. tidak ingin merusak ekosistem pengairan dan alam 3. pembangunan fasilitas yang sangat high cost karena jangkauannya yang terlalu jauh 4.blablabla.... jd kami sering memantau rekan2 petugas jika pengunjung lebih dr 200orang untuk ditutup kunjungannya


      untuk pembangunan fasilitas diluar biaya yang besar sementara pendapatan hanya untuk rehab kecil2an, juga harus ijin perhutani jakarta (ribet ...) dan akses melewati kebun cengkeh HGU juga ribet sementara kebun tidak mau membuka diri untuk wisata perkebunan seperti di ngebruk plantera (secara satu holding dengan hortimart n plantera)


      kami membutuhkan masukan, saran n kritik demi kenyamanan dan keasyikan menikmati alam asli

      salam
      dimas prayitno

      Delete

  9. berani banget tuh terjun kaya gitu, kalo Gue mah ga mau ah soalnya ga bisa berenang hehehe

    air terjunnya keren banget

    ReplyDelete
    Replies
    1. itu lompat mas bukan terjun, kalau terjun saya bisa jadi rempeyek...
      iya, benowo dan curug lawe emang keren
      sudah pernah ke sana mas?

      Delete

Followers