Sebungkus Nasi dari Nenek untuk Anakku

Wednesday, August 03, 2011

Kali ini saya buka puasa di kucingan/angkringan, tepatnya di alun-alun ungaran, depan apotek Sari Sehat dan persis di sebelah kiri bank mandiri ungaran. Kucingan milik pak kuncung ini adalah tempat favorit saya ngumpul bersama teman-teman sebelum masuk kampus, sudah murah meriah, banyak pemandangan eksotis dan ramai juga.

Saya duduk bersila diatas karpet merah bersama dua orang teman saya yang sudah tidak sabar menyantap isi bungkusannya. Akhirnya suara adzan magrib dari masjid Istiqomah seberang jalan pun berkumandang, tibalah saatnya waktu berbuka. SIKATTTTT DAB!!!

"Allahuma lakasumtu wabika amantu wa'ala rizkika aftortu birohmatika ya arhamarrohimin"

Alhamduilah puasa hari ini terlampaui juga, diawali dengan mencicipi soup buah yang tadi sore saya beli di jalan asmara, hmmm... dari tadi sore harum dan segarnya soup buah sudah terbayang menjejali otak kanan akibat reflek dari otak reptil. Kuah warna merah muda campuran antara susu kaleng dan sirup merah manis sungguh menyegarkan, membasahi bibir, memuaskan lidah, meluncur ke tenggorokan dan menyerap diperut. rasa dahaga setelah berpuasa seharian lenyap sudah.

Estafet berbuka puasa dilanjut dengan sebungkus nasi pindang seharga seribu perak dan bakwan jagung seharga lima ratus rupiah. Makan satu bungkus saja sudah kekenyangan, alhamdulilah sudah cukup untuk membatalkan puasa.

saat tangan kanan hendak menyendok nasi pindang dan tangan kiri memegang bakwan jagung, datanglah seorang nenek renta yang sudah bungkuk, umurnya mungkin sekitar 60 tahun, mengenakan jarik coklat, hampir seluruh rambutnya beruban tidak beraturan. dia berjalan lambat menuju grobag dituntun cucunya dan ditopang tongkat bambu yang dia pegang dengan erat.

"sungguh kasihan" nenek ini adalah pengemis, saya pernah melihatnya meminta di lampu merah alun-alun. Saya merogoh mencari uang kecil di kantong celana sebelah kanan, tempat biasa saya menyimpan uang koin bergambar bunga melati, sepertinya masih ada tiga atau empat koin 500an untuk bayar parkir.

Ternyata nenek dan cucunya hanya lewat saja, berjalan menunju ke grobag pak kuncung, memesan 2 nasi bungkus dan 1 gelas teh hangat. Saya memasukan kembali uang koin ke saku celana, ternyata nenek tadi juga ikut berbuka puasa, aku dia akan mengemis. nenek itu makan dengan tergesa-gesa, hanya 5 menit dan meminta 1 bungkus nasi untuk dibawa pulang.

Dia menghitung recehan kucel yang disimpan  diselendangnya, membayar sesuai hitungan pak kuncung dan pergi menyeberang jalan. Dengan dituntun cucunya dia menyeberang menerobos jalan raya, untunglah lalulintas magrib itu tidak begitu ramai.

Suatu peristiwa yang tidak saya duga terjadi, dia menghampiri seorang laki-laki kurus, berjongkok diemperan toko yang sudah tutup. Kulit laki-laki itu gosong, hitam kusam, rambutnya kaku merah dan awut-awutan tak terurus seperti ijuk, bajunya kotor dan bolong-bolong. Ya saya tau laki-laki itu, dia adalah gelandangan stress gila yang sudah sejak lama mondar-mandir menghuni jalan itu.

Nenek dan si cucu menghampiri laki-laki tadi, sang nenek menyapa dan memegang tangan orang gila tersebut. saya lihat dia bercakap-cakap sebentar. Karena jaraknya agak jauh dan bising suara kendaraan, saya tidak mendengar apa yang dia katakan.

Tapi terlihat sangat jelas sekali, nenek itu memberikan bungkusan nasi kucing yang tadi dia beli kepadanya dan menangkupkan kedua tangannya seakan-akan mengatakan "ini makanlah buat kamu anakku". Nenek itu juga memberikan beberapa koin uang receh dari dalam selendangnya, Subhanalloh. Sedangkan laki-laki stress tadi hanya bengong menatap nenek dan cucu berlalu pergi dari hadapannya.

Ayunan sendok didepan mulut saya mendadak terhenti, terus menatap dan memperhatikan langkah kecil nenek tua itu yang menghilang dari terangnya lampu jalan Ungaran.

subhanallah.. sungguh mulia nenek itu, kondisinya memang kekurangan, tetapi dia masih ingat kepada orang lain yang juga mengalami kesusahan, padahal belum tentu dia mengenal laki-laki stress tadi. Saya, ada apa dengan saya? saya yang mempunyai ekonomi lebih dan kecukupan dari nenek itu, kadang masih enggan memberikan sedekah kepada orang lain yang membutuhkan.

Saya yakin puasa ramadhan ini penuh berkah, penuh ampunan, dilimpahkann rizki, mari beramal dan berbuat kebajikan dibulan ramadhan. jangan biarkan bulan mulia ini berlalu tanpa hasil, semoga setelah bulan ramadhan ini selesai kita menjadi manusia yang lebih baik, bertakwa, beriman dan lebih dekat dengan Tuhan.

Lokasi : Alun-alun Ungaran
Foto :
Inspirasi terkait : Nenek penjual opak Jalan Pamularsih

You Might Also Like

11 komentar

  1. @suke : makasi om suke, lebaran masih 27 hari lagi ya? hehe

    ReplyDelete
  2. tertampar a' baca tulisanmu...
    suka nyari yg kecil untuk sedekah, sedangkan untuk ke mall, rela yg lembaran

    ReplyDelete
  3. @cebong : puk puk mba tante cebong
    @sda : harus lebih menunduk

    ReplyDelete
  4. Harus'a ak bsa seperti sang nenek dermawan,,malah harus'a lebih :(

    ReplyDelete
  5. Slam.. prasaan dhe sering liat tu orang laki2 yang stress wktu dhe di ungaran. dia jg sering mondar mandir di dekat pasar ungaran.

    Subhanallah.. sungguh mulia hati nenek itu :(

    **kangen ungaran, setelah 6bulan ga pulang. hikz.. hikzz

    ReplyDelete
  6. Mas Slam, aku pengen nangis, Orang tak punya saja bisa memberi, bisa mengasihi sesamanya, sedangkan kita.. orang yang lebih dari cukup dan mungkin sangat cukup masih saja kurang bersyukur, Ampuni kami Ya Allah.. Ampuni kami yang kurang pandai bersyukur. trimakasih Artikelnya mas :)

    ReplyDelete
  7. @caya : mulai dari sedikit demi sedikit juga boleh kok
    @dhe : emang sekarang ada dimana? di aceh?
    @inuel : temenku yang aku ceritain juga ikutan mewek nuel..

    ReplyDelete
  8. ya ampuuuun.. uhuhuuu.. neneknya baik bangeeeet.. ya ampuuun..
    malu sama diri sendiri jadinya. T.T

    Selamat puasa slam, maaf lahir batiin

    ReplyDelete
  9. merasa malu sendiri setelah membaca tulisan ini, terima kasih gan untuk tulisannya :)

    ReplyDelete

Followers